Ads 468x60px

Rabu, 03 Desember 2008

PINSIL BIRU



PUISI
Alam Nan Indah
Alam . . . .
Angin berhembus
Membisikan kesejukan
Gemercik air . . . .
Mengayukan suasana
Lambaian pohon . . . .
Menyemangati hati
Lestarikan alam ini
Bunga-bunga berdendang ria
Rayakan kesuburan
Rumput-pumputan bersuara
Akankah abadi alam ini?
Ya . . Tuhan . .
Jangan sampai hatiku pilu
Kehilangan indahnya alam ciptaan-Nya
Marilah wahai kawan bangkitkan semangat
Tuk lestarikan alam nan indah

Hana Septiana, penulis siswi kelas VIII E SMPN 1 Cibeber

cerpen
Hantu Ramadhan

Tiga Hari puasa . . . terasa lelah, loyo dan tak bergairah. Itulah yang dirasakan tiga sekawan yaitu Tono, Imam dan Adi. Mereka memang malas. Kegiatan yang mereka lakukan sama, hanya duduk bersama di bawah pohon asem dekat rumah Udin.
“Mam, nanti malam kita main petasan yuk?” ajak Tono pada kedua temannya.
“Wah! Ide bagus tuh, ayo. . ayo! Gimana kamu Mam, kamu ikut kan?” tanya Adi.
“Entahlah, aku dilarang main petasan, lagian petasan kan berbahaya?” Jawab Imam.
“Ah dasar kamu Mam, mau aja ditipu, main petasan ka asyik. Kalau kamu tidak mau, ya sudah, awas jangan nyesel..!” kata Adi sambil berjalan meninggalkan Imam.
Hari mulai sore, tiga sekawan itu tak lagi berkumpul bersama seperti biasanya. Tono, dan Adi mempersiapkan petasan yang akan digunakannya nanti malam. Sedangkan Imam duduk di teras rumahnya sambil merencanakan sesuatu untuk kedua temannya, karena Imam tak terima perlakukan sahabatnya tadi siang.
“Ahhaaa! Aku punya ide wah!..ini bakalan seru.” Imam berbicara sendiri seraya mendapatkan ilham, entah dari siapa. Dug…dug.. Allohuakbar . . .Allohuakbar. . . adzan pun berkumandang. Saatnya buka puasa. Tiga sekawan itu buka puasa di rumahnya masing-masing. Tak lama kemudian muncul Tono dan Adi, mereka akan melaksanakan sholat magrib. Terlihat Tono dan Adi begitu gelisah saat melaksanakan sholat, mungkin di pikiran mereka ingin segera bermain petasan. Selesai sholat, mereka langsung lari keluar dari mesjid menuju lapang voli di kampung mereka. Begitupun dengan Imam, ia akan melakukan rencananya. Ia pulang ke rumah, untuk mengambil seperangkat alat sholat ibunya. Dan akhirnya dapat. Imam segera menyusul kedua sahabatnya. Tiba di tempat tujuan. . . didapati kedua sahabat Imam tengah asyik bermain petasan. Imam terus memantau mereka di balik pisang dengan mengenakan pakaian sholat ibunya. Dor….dor… suara petasan yang nyaring membuat telinga menjadi sakit. Sesosok makhluk yang mengerikan muncul berdiri di dekat pohon pisang. Tono dan Adi tak mengetahui itu manusia atau makhluk halus. Yang jelas makhluk itu mengerikan dan mendekati mereka dengan cara meloncat-loncat.
“Haaaaannnn… tuuuuu..!!!” teriak Tono dan Adi.
Tanpa sadar mereka melempar petasan yang menyala ke arah Imam yang ada di balik pakaian sholat ibunya. Dan dor..dor….dor….Imam kaget pingsan, sedangkan kedua temannya lari terbirit-birit karena ketakutan.
“Pak Ustadz…pak Ustadz tolong kami, di lapang ada pocong kami takut.” Kata Tono dan Adi terengah-rengah.
“ Ah yang bener ya sudah kita ke sana.” Kata pak Ustadz
Mereka tiba di lapang.
Terlihat Imam yang tergeletak tak berdaya karena pingsan yang dikira hantu. Pak Ustadz mendekati hantu yang terbaring. Dan ternyata…
“Imaam?!” kata Tono dan Adi.
Tak lama kemudian Imam siuman.
“Imam, apa yang kamu lakukan?” tanya pak Ustadz.
“Sa…sa..ya tadi hanya menakut-nakuti Tono dan Adi karena mereka tadi main petasan kan petasan berbahaya.” Jelas Imam.
“Oh..ya sudah …Tono, Adi benar apa yang dikatakan Imam, petasan itu berbahaya.” Nasehat pak Ustadz pada Tono dan Adi.
”Iya pak Ustadz kami janji tidak akan mengulangi lagi.”
Tono pun berkata.
“Mam kamu pantasya dijuluki si Hantu Ramadhan, soalnya kamu menakutkan”
“Haa..ha… “ semua pun tertawa.
Imam hanya tertunduk malu.


RIta Choerunnisa, penulis siswa kelas VIII B SMPN 1 Cibeber
tinggal di Cisalak Kidul Cibeber, Cianjur

1 komentar:

Unknown mengatakan...

menurut kelompok kami, cerita di atas menjadi pelajaran penting bagi kita semua. seperti Tono dan Adi,,,memainkan petasan mereka tidak tahu bahwa bermain petasan itu berbahaya. Seperti halnya Imam tidak memberitahukan pak Ustadz tentang apa yang akan dilakukan oleh kedua temannya, Imam malah menakuti mereka dengan menggunakan mukena ibunya. Jadi Imam terkena oleh petasan itu.