Menunggu, merupakan sesuatu yang sangat membosankan, apalagi menunggu sesuatu yang sangat kita harapkan, rasanya waktu berjalan sangat lambat. Bagi kalian khususnya kelas 9 hari ini merupakan saat-saat terakhir menunggu pembukaan kelulusan, tentunya dengan berbagai perasaan yang menghantui, cemas, gelisah, mendebarkan dan lain sebagainya berkecamuk mewarnai hari-hari terakhir ini, apalagi kalau melihat tayangan berita-berita di televisi, waktu kelulusan SMA ada, ada SMA yang tingkat kelulusannya kecil, ada yang tidak lulus dan pingsan, ada yang sehari-harinya memiliki ranking bagus tapi gak lulus, dan berita-berita yang lainnya. Hal itu semakin menambah perasaan cemas.
Memang, beberapa tahun terakhir ini semenjak pemerintah menetapkan bahwa kelulusan ditentukan oleh hasil Ujian Nasional, Kata "UJIAN NASIONAL", seakan "hantu" yang sangat menakutkan bagi siswa, guru, maupun orang tua. Sebenarnya, kami selaku guru, dan khususnya saya secara pribadi tentunya sangat tidak setuju dengan keputusan tersebut, karena kami yang bergerak dilapangan, kami lebih tahu segalanya tentang anak-anak didik kami, kami lebih tahu tentang kondisi fisik maupun psikologis mereka, mengapa yang menentukan kelulusan mesti pemerintah ? Kami mendidik mereka selama tiga tahun, kemudian mereka harus tidak lulus dalam beberapa jam saja, lalu kemana hasil jerih payah kami selama tiga tahun itu ?
Selain alasan diatas, kalau melihat KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ), bahwa evaluasi dalam pendidikan tidak cukup dilihat dari hasil saja, tetapi harus ada penilaian prosesnya, sementara kalau kita melihat Ujian Nasional itu hanya menilai hasil, pemerintah tidak akan tahu hasil tersebut diperoleh dengan cara bagaimana (prosesnya). Sehingga yang mendapatkan hasil bagus akan lulus, walaupun hasilnya diperoleh dengan cara tidak jujur, dan yang memperoleh hasil kurang tidak lulus walaupun anak tersebut mengerjakannyan, dan kesehariannya bertingkah laku jujur.
Penilaian dalam pendidikan bukan hanya satu aspek pengetahuan saja, sebagaimana yang diamanatkan dalam Tujuan Pendidikan Nasional, yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi akan lebih obyektif jika yang menentukan kelulusan itu guru, sebagai orang yang lebih tahu keseharian dari anak-anak didiknya.
Ah,.. jadi ngelantur nih, rupanya masalah-masalah tersebut tidak perlu saya paparkan lebih panjang lagi, karena pasti para "inohong" yang memiliki kebijakan sudah lebih mengetahuinya, ini hanya ungkapan pribadi saya, sebagai rasa memiliki, sekaligus merasa prihatin dengan kelangsungan pendidikan di negeri ini.
Kami hanya berharap bagi mereka yang dinyatakan tidak lulus, semoga tabah, sabar, dan tawwakal, kamu harus yakin bahwa hal itu merupakan jalan terbaik untuk kamu, dan kamu meyakininya bahwa Allah telah memberikan jalan terbaik bagi kita semua. Ingat sesuatu yang tampak buruk menurut kita, belum tentu menurut Allah.
Saya berdoa semoga siswa-siswa SMP Negeri 1 Cibeber Lulus semua,.. Amiin !!!!
Memang, beberapa tahun terakhir ini semenjak pemerintah menetapkan bahwa kelulusan ditentukan oleh hasil Ujian Nasional, Kata "UJIAN NASIONAL", seakan "hantu" yang sangat menakutkan bagi siswa, guru, maupun orang tua. Sebenarnya, kami selaku guru, dan khususnya saya secara pribadi tentunya sangat tidak setuju dengan keputusan tersebut, karena kami yang bergerak dilapangan, kami lebih tahu segalanya tentang anak-anak didik kami, kami lebih tahu tentang kondisi fisik maupun psikologis mereka, mengapa yang menentukan kelulusan mesti pemerintah ? Kami mendidik mereka selama tiga tahun, kemudian mereka harus tidak lulus dalam beberapa jam saja, lalu kemana hasil jerih payah kami selama tiga tahun itu ?
Selain alasan diatas, kalau melihat KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ), bahwa evaluasi dalam pendidikan tidak cukup dilihat dari hasil saja, tetapi harus ada penilaian prosesnya, sementara kalau kita melihat Ujian Nasional itu hanya menilai hasil, pemerintah tidak akan tahu hasil tersebut diperoleh dengan cara bagaimana (prosesnya). Sehingga yang mendapatkan hasil bagus akan lulus, walaupun hasilnya diperoleh dengan cara tidak jujur, dan yang memperoleh hasil kurang tidak lulus walaupun anak tersebut mengerjakannyan, dan kesehariannya bertingkah laku jujur.
Penilaian dalam pendidikan bukan hanya satu aspek pengetahuan saja, sebagaimana yang diamanatkan dalam Tujuan Pendidikan Nasional, yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi akan lebih obyektif jika yang menentukan kelulusan itu guru, sebagai orang yang lebih tahu keseharian dari anak-anak didiknya.
Ah,.. jadi ngelantur nih, rupanya masalah-masalah tersebut tidak perlu saya paparkan lebih panjang lagi, karena pasti para "inohong" yang memiliki kebijakan sudah lebih mengetahuinya, ini hanya ungkapan pribadi saya, sebagai rasa memiliki, sekaligus merasa prihatin dengan kelangsungan pendidikan di negeri ini.
Kami hanya berharap bagi mereka yang dinyatakan tidak lulus, semoga tabah, sabar, dan tawwakal, kamu harus yakin bahwa hal itu merupakan jalan terbaik untuk kamu, dan kamu meyakininya bahwa Allah telah memberikan jalan terbaik bagi kita semua. Ingat sesuatu yang tampak buruk menurut kita, belum tentu menurut Allah.
Saya berdoa semoga siswa-siswa SMP Negeri 1 Cibeber Lulus semua,.. Amiin !!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar