Di akhir Ramadhan ini, Marilah kita sejenak untuk merenung, ......mengingat-ngingat kembali akan segala dosa yeng pernah kita perbuat, kemudian mohon ampunannya pada Allah SWT. Mengingat-ngingat akan kematian yang entah esok atau lusa,..... wallahu alam, yang jelas suatu saat yang telah ditentukan Allah, pasti akan datang menghampiri kita.
Sehubungan dengan itu, saya punya sebuah cerita perumpamaan yang menggambarkan tentang kematian, mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai obat untuk melemaskan hati yang kadang mudah mengeras.......................................
Suatu hari kita merasakan pergi ke suatu tempat yang amat jauh,.... dan rasanya baru pertama kalinya kita mengunjungi tempat tersebut, benar-benar asing bagi kita. Kita terasa sendirian.
Ketika pulang ke rumah kita mendapatkan di rumah kita itu sudah banyak orang yang berkerumun,.. mulai dari teras rumah, halaman, bahkan pinggir jalan depan rumah kita dipenuhi orang-orang. Kita merasa heran dan amat terkejut, ada apa gerangan yang terjadi ?. Kemudian kita coba bertanya kepada orang-orang yang berkerumun di depan rumah kita, tetapi apa yang terjadi,... mereka semua tak menjawab pertanyaan kita, mereka tak memperdulikan kita, kemudian kita kita coba menyelinap di sela-sela kerumunan orang agar dapat masuk ke dalam rumah kita,... merekapun tak memberikan jalan kepada kita. Akhirnya kita memaksakan diri menyelinap di sela-sela ketiak kerumunan orang-orang, dan kita pun berhasi sampai di depan pintu rumah, kita coba mengucakan salam, tak seorangpun menjawab salam kita, termasuk anak dan istri kita.
Kita mencoba menengok ke dalam rumah,.... terlihat anak dan istri kita sedang menangis dan meronta-ronta tak henti-hentinya, sambil sesekali memeluk dan menciumi tubuh yang terbujur kaku dan tak bernyawa lagi,......tubuh yang ditutupi sehelai kain. Tiba-tiba salah seorang yang ada di dalam rumah tersebut membuka kain penutup tubuh itu,...... ahhhh,... subhanallah,... alangkah terkejutnya kita, ternyata wajah itu wajah kita,... dan kita baru sadar bahwa ketika itu ajal sudah menjemput,..... pantas semuanya tak memperdulikan kita. Memang anak dan istri menangis meronta-ronta,.. tapi mereka hanya menangisi jasad yang tak bernyawa, jasad yang tek berguna lagi, jasad yang sebentar lagi menjadi santapan cacing tanah. Subhanallah,... pada saat seperti itu kita sudah tidak dapat berfikir lagi, bekal apa yang akan kita bawa untuk kehidupan nanti di akhirat, karena kita yakin bahwa kematian itu bukan akhir dari segalanya,... melainkan awal dari kehidupan baru, kehidupan abadi di akherat kelak. Ketika itu kita sudah tidak bisa berfikir lagi, warisan apa yang akan kita wariskan untuk anak dan istri kita??????....
Kira-kira demikianlah gambarannya, yang pastinya apakah seperti itu atau tidak ? Saya sendiri tidak tahu, karena saya belum mengalaminya. Yang jelas kita semua dan alam beserta isinya suatu saat nanti pasti akan binasa.
Sehubungan dengan itu, saya punya sebuah cerita perumpamaan yang menggambarkan tentang kematian, mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai obat untuk melemaskan hati yang kadang mudah mengeras.......................................
Suatu hari kita merasakan pergi ke suatu tempat yang amat jauh,.... dan rasanya baru pertama kalinya kita mengunjungi tempat tersebut, benar-benar asing bagi kita. Kita terasa sendirian.
Ketika pulang ke rumah kita mendapatkan di rumah kita itu sudah banyak orang yang berkerumun,.. mulai dari teras rumah, halaman, bahkan pinggir jalan depan rumah kita dipenuhi orang-orang. Kita merasa heran dan amat terkejut, ada apa gerangan yang terjadi ?. Kemudian kita coba bertanya kepada orang-orang yang berkerumun di depan rumah kita, tetapi apa yang terjadi,... mereka semua tak menjawab pertanyaan kita, mereka tak memperdulikan kita, kemudian kita kita coba menyelinap di sela-sela kerumunan orang agar dapat masuk ke dalam rumah kita,... merekapun tak memberikan jalan kepada kita. Akhirnya kita memaksakan diri menyelinap di sela-sela ketiak kerumunan orang-orang, dan kita pun berhasi sampai di depan pintu rumah, kita coba mengucakan salam, tak seorangpun menjawab salam kita, termasuk anak dan istri kita.
Kita mencoba menengok ke dalam rumah,.... terlihat anak dan istri kita sedang menangis dan meronta-ronta tak henti-hentinya, sambil sesekali memeluk dan menciumi tubuh yang terbujur kaku dan tak bernyawa lagi,......tubuh yang ditutupi sehelai kain. Tiba-tiba salah seorang yang ada di dalam rumah tersebut membuka kain penutup tubuh itu,...... ahhhh,... subhanallah,... alangkah terkejutnya kita, ternyata wajah itu wajah kita,... dan kita baru sadar bahwa ketika itu ajal sudah menjemput,..... pantas semuanya tak memperdulikan kita. Memang anak dan istri menangis meronta-ronta,.. tapi mereka hanya menangisi jasad yang tak bernyawa, jasad yang tek berguna lagi, jasad yang sebentar lagi menjadi santapan cacing tanah. Subhanallah,... pada saat seperti itu kita sudah tidak dapat berfikir lagi, bekal apa yang akan kita bawa untuk kehidupan nanti di akhirat, karena kita yakin bahwa kematian itu bukan akhir dari segalanya,... melainkan awal dari kehidupan baru, kehidupan abadi di akherat kelak. Ketika itu kita sudah tidak bisa berfikir lagi, warisan apa yang akan kita wariskan untuk anak dan istri kita??????....
Kira-kira demikianlah gambarannya, yang pastinya apakah seperti itu atau tidak ? Saya sendiri tidak tahu, karena saya belum mengalaminya. Yang jelas kita semua dan alam beserta isinya suatu saat nanti pasti akan binasa.
1 komentar:
renungan di hari lebaran gimana, pak? hehe..
oh ya ini blog baru belum dikunjungi ? http://kart-fujiastuti.blogspot.com
Posting Komentar